Pages

Minggu, 22 April 2018

MENGENAL BIMA


  Mengenal Sultan Muhammad Salahuddin

Sultan Muhammad Salahuddin adala tokoh yang memegang peran utama dalam perkembangan sejjarah Bima pada awal abad ke xx, beliau merupakan salah seorang putra sultan Ibrahim ( Sultan ke-XIII) dengan permaisyuinna siti Fatimah binti Yusuf Ruma Sakuru. Beliau lahir di Bima pada tanggal 15 Dzulhijah 1306 H (13 Juli 1889), memiliki 11 orang saudara, tiga saudara seayah seibu, masing-masing bernama Abdullah (Ruma Haji), Abdul Qadim (Ruma Siso), dan Nazaruddin (Ruma Uwi). Sedangkan saudara seayah terdiri dari siti Hafsah, Abdul Azis, Sirajiddiin (Ruma Lo), ibunda ketiganya bernama Siti Aminah, kemudian Siti Aminah (Ruma Gowa) ibundanya Karaeng Mandale, Siti Aisyah (ibundanya bernama Baena), Lala Ncadi (ibundanya bernama Aisyah), Ahmad (ibunya bernama Sakinah), dan La Muhammad (ibundanya bernama Hamidah).
Sultan Muhammad Salahuddin manikah dengan Maryam binti Muhammad Quraisy. Kamudian menikah lagi dengan Siti Aisyah, putri Muhammad Sirajuddin (sultan Dompu) dengan permaisyurinya Siti Maryam binti Muhammad Qurais. Dari pernikahan pertama tersebut memiliki lima oang putri yaitu Siti Fatimah, Siti Aisyah, Siti Kalisom, Siti Hadijah dan Siti Salehah. Sedangkan dari pernikahnya dengan Siti Aisyah putri sultan Dompu memperoleh seorang putra bernama Abdul Kahir (sultan Abdul Kahir II), Siti Maryam (Ruma Mari), Siti Halimah (Ruma Emi) dan Siti Jahara (Ruma Joha).
Mulai usia kanak-kanak Salahuddin telah mendapat pendidikan agama dan ilmu pemerintah dari ulama dan pejabat istana. Sepanjang perkembangan umurnya, Muhammad Salahuddin menekuni ilmu tauhid, serta politik, dan sangat rajin mempelajari ilmu Quran dan Hadis. Selain mendapat bimbingan dari ulama lokal, Salahuddin kecil berguru kepada ulama yang didatangkan dari Batavia (Jakarta) yaitu H. Hasan dan ayeh Abdul Wahab dari Mekah. Sultan Muhammad Salahuddin merupakan murid yang rajin dan cerdas serta rajin membaca. Diperpustakaan pribadinya mempunyai koleksi buku-buku bermutu karangan ulama besar seperti Imam Syafii.. koleksi buku-bukunya masih dirawat dengan baik oleh anak-anak cucunya. Beliau juga gemar menulis, slah satu buku karngannya adalah “Nurul Mubin” yang diterbitkan oleh percetakan “Syamsiyah Solo” sebanyak tiga kali dan penerbitan terahir pada tahun 1942. Nama Nurul Mubin juga menjadi nama salah satu panti asuhan dikota Bima yang beralamat di jalan Soekarno-Hatta depan paruga na’e kota Bima.
Berdasarkan kemuliaan ahlak dan ilmu pengetahuanya yang luas, ahirnya pada tanggal 2 November 1899 beliau diangkat menjadi “Jena Teke” (putra mahkota) oleh majelis Hadat. Untuk menimba pengalaman dalam menjalanka roda pemerintahan maka pada tanggal 23 Maret 1908 diangkat menjadi “jeneli Donggo” (jabatan setingkat camat). Setelah ayahnya sultan Ibraahin mangkat pada tahun 1915, beliau memegang tampuk pemerintahan, kemudian pada tahun 1917 secara rsmi di tuha ro lanti (dilantik) menjadi sultan Bima XIV yang memerintah dari tahun 1915-1951 M. Disamping sebagai sultan pada tahun 1949 diangkat mnjadi pemimpin dewa Raja-Raja se-pulau Sumbawa atas persetujuan sultan Dompu dan sultan Sumbawa. Dalam bidang organisasi pergerakan, ssultan Muhammad Salahuddin menjadi perintis, pelindung dan ketua bagi organisasi yang bergerak dibidang agama, sosial dan politik.pada tahun 1921, beliau mendirikan sekolah kejuruan wanita (kopsschool) di Raba. Untuk memimpin sekolah itu, beliau mendatangkan seorang keeturunan Indonesia yang berjiwa nasionalis dari Sulawesi selatan yang bernama SBS Yulianche. Guna pemerataan pendidikan, pada tahun 1922 beliaupun mendirika sekolah agama dan umum diseluruh kejelian (sekarang disebut dengan kecematan). Mulai saat itu di desa-desa trtentu didirikan sekolah agama setingkat ibtidaiyah bernama “sekolah kita” (sekolah kitab) dan sekolah umum yang bernama “sekolah desa” yang kemudian berkembang menjadi sekolah rakyat.

                                    TERIMAKASIH











0 komentar:

Posting Komentar